Gaya Kepemimpinan Demokratis
Adelina Frisila
2MA03
10819134
adelinafrisila95@gmail.com
Tugas Individu III
A. Nama Pemimpin : B.J. Habibie
B. Kasus
Cerita soal BJ Habibie dan Krisis 1998
Baharoeddin Joesoef Habibie atau lebih dikenal BJ Habibie adalah Presiden ketiga Republik Indonesia. Ia lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936 silam.BJ Habibie terkenal memiliki banyak prestasi. Dalam sejarahnya, BJ Habibie menggantikan posisi Presiden Soeharto pada 1998 yang disebabkan oleh banyaknya tekanan dan berujung kerusuhan pada tahun tersebut.
Ia menjabat sebagai Presiden RI selama satu tahun, yakni pada 1998-1999. Selama perjalanan hidupnya, pria yang akrab disapa Habibie ini pernah menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (1978) sekaligus merangkap Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPTT) dan Wakil Presiden Indonesia (1998).Saat Habibie menjabat sebagai Presiden, kondisi Indonesia di tengah kerusuhan dan pengunduran diri Soeharto.
Pada awal masa kepemimpinannya, Habibie langsung membentuk sebuah kabinet. Tugas penting Habibie yakni untuk mendapatkan kembali dukungan Dana Moneter Internasional dan program pemulihan ekonomi oleh komunitas Negara-negara donor.Saat itu pada 1998, nilai tukar rupiah tercatat nyaris menyentuh Rp 15.000 per dolar AS. Pada Januari 1998, Rupiah sempat menyentuh 14.800 per dolar AS, dan paling parah pernah terjadi pada Juni 1998, di mana USD 1 senilai Rp 16.800.
Dampak dari Undang-Undang Otonomi Daerah yang dibuat keras oleh Habibie mampu meredam gejolak dan disintegrasi yang terjadi sejak era Orde Baru.Di periode kepemimpinannya pada 1998-1999, BJ Habibie mengambil keputusan kontroversional, yakni Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebenarnya gaya kepemimpinan Presiden B.J. Habibie adalah gaya kepemimpinan Dedikatif-Fasilitatif, merupakan sendi dan Kepemimpinan Demokratik. Pada masa pemerintahan B.J. Habibie, kebebasan pers dibuka lebar-lebar. Sehingga melahirkan demokratisasi yang lebih besar. Pada saat itu pula peraturan perundang-undangan banyak dibuat. Pertumbuhan ekonomi cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Habibie sangat terbuka dalam berbicara. Tetapi tidak pandai dalam mendengar. Akrab dalam bergaul, tetapi tidak jarang eksplosif. Sangat detailis, suka uji coba tetapi kurang tekun dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Dalam penyelengaraan negara, Habibie pada dasarnya seorang liberal. Tentu karena sedikit banyak pengaruh kehidupan dan pendidikan yang lama di dunia barat.Gaya komunikasinya penuh spontanitas, meletup-letup, cepat bereaksi, tanpa mau memikirkan resikonya. Tatkala Habibie dalam situasi penuh emosional, ia cenderung bertindak atau mengambil keputusan secara cepat. Seolah ia kehilangan kesabaran untuk menurunkan amarahnya.
Bertindak cepat, rupanya, salah satu solusi untuk menurunkan tensinya. Karakteristik tersebut diilustrasikan dengan kisah lepasnya Timor Timur dari Indonesia. Habibie digambarkan sebagai pribadi yang terbuka, namun terkesan mau menang sendiri dalam berwacana dan alergi terhadap kritik.
Namun, terlepas dari lepasnya Timor Timur, B.J. Habibie, tepat dalam mengambil keputusan terkait kepentingan dari kesejahteraan rakyat. Ia mengurungkan mimpi besarnya dalam membangun pabrik pesawat, demi kepentingan kehidupan dan perekonomian rakyat. Padahal, jika ia mau dan terus memacu egonya, bukan hal sulit saat memegang tampuk kepemimpinan tertinggi di republik ini, ia melanggengkan mimpi membesarkan IPTN (PT. Dirgantara Indonesia).
Gaya kepemimpinan B.J. Habibie mengandung unsur-unsur kepemimpinan bisnis modern: di situlah ia dibesarkan. Namun jelas terlihat juga unsur-unsur ke-Indonesiaannya. Tidak salah lagi, dengan segala kekuasaannya dalam dunia bisnis internasional modern, ia tetap putera bangsa dan negaranya. Perpaduan antara ke-Islamannya, nasionalismenya, kedaerahannya, ilmu dan teknologi serta internasionalnya, kemudian kelugasan bisnisnya, menjadikan BJ Habibie sebagai bagian dari Indonesia modern.
Banyak gagasan dan keputusan fundamental lahir atas inisiatif putera Parepare tersebut. Sadar atau tidak, apa yang ditinggalkan B.J. Habibie dalam masa singkat pemerintahannya, telah membuka jalan bergulirnya reformasi dan pengaruh dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Tipologi kepemimpinan B.J. Habibie identik dengan kepemimpinan demokratis. Dalam tipologi kepemimpinan yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. Sehingga bergerak sebagai suatu totalitas.
Comments
Post a Comment