Gaya Kepemimpinan Transformasial
Setahun Pimpin Jabar, Ini Daftar Kritik untuk Ridwan Kamil dan Uu
Pengamat politik dari Universitas Padjajaran (Unpad) Muradi mengkritik satu tahun kepemimpinan Gubernur Jabar Ridwan Kamil-Wagub Jabar Uu Ruzhanul yang sarat persoalan. Muradi mengatakan setidaknya ada enam catatan kritis atas kepemimpinan Ridwan Kamil-Uu terutama urusan komunikasi. “Saya kira ada situasi yang Pak Gubernur dan Pak Wagub tidak memahami betul hak dan kewajiban dia sebagai perwakilan pemerintah pusat di daerah,” katanya, Jumat (6/9/2019).
Pertama, ada rencana Gubernur memiliki usulan aneh-aneh seperti usul bikin taman yang idealnya itu jadi kewenangan kabupaten/kota.“Itu harusnya jadi pembelajaran setahun ini,” ujarnya. Agak krusial adalah sejumlah kebijakan yang dinilai Muradi beberapa kali juga offside. Contohnya, pengembangan KEK Pangadaran yang dalam pemahaman pihaknya seharusnya yang muncul ke permukaan bupatinya.
“Pemprov jadi pendampingnya yang mendorong. Selama ini yang muncul justru Kang Emil sendiri. Saya kira ini ada pemahaman yang kurang clear. Harusnya dorong bupati, beliau maju untuk mendampingi walaupun KEK ini concern pemerintah pusat,” tuturnya. Keempat, ada pola hubungan antara Emil-sapaan akrab Ridwan Kamil dengan bupati dan wali kota. “Saya gak tahu apakah Kang Emil punya tim, tapi beberapa kali terlihat tidak cukup harmonis, nyaman, ada ketidaknyamanan yang saya tangkap dari bupati dan wali kota dengan langkah Kang Emil yang agak offside,” katanya.
Muradi mencontohkan adanya surat dari Pemprov Jabar mengusulkan daerah otonomi baru. Menurutnya, meski wacana didorong oleh provinsi tetap harus mendengarkan aspirasi kabupaten kota. “Seperti pengembangan Kabupaten Bandung Timur itu kan tetap harus bottom up, sekarang di balik karena ada janji politik Kang Emil. Secara legal tidak dilarang tapi secara etika politik agak menganggu,” tuturnya. Muradi juga menyoroti hubungan gubernur, wakil gubernur dengan DPRD yang sempat menimbulkan polemik dan terjadi ketidakharmonisan. Begitu juga hubungan Emil dengan partai politik pengusungnya.
“Tiga catatan terakhir ini sama masalah komunikasi politik. Saya tak tahu masalahnya di Kang Emil atau orang sekelilingnya. Saya kira beliau butuh LO politik yang bisa menenteramkan hubungan Kang Emil dengan DPRD, parpol, kepala daerah,” katanya. Di penghujung satu tahun muncul pula polemik daerah politik baru, sejak kepindahan Emil dari kota ke provinsi.
Menurutnya, Emil terlihat agak jengah dengan masalah yang ia hadapi sebagai perwakilan pemerintah pusat ada wilayah yang dia tidak bisa garap. “Contohnya, sistem yang ia munculkan merupakan hak dan kewenangan kabupaten kota. Itu harus clear di awal, beliau wakil pemerintah pusat di daerah. Makanya harus sinergis, dan harus dilakukan dengan dialog ada komunikasi yang intensif yang senyamannya. Ini semua jadi handicap beliau setahun ini,” pungkasnya.
C. Sejarah Kepemimpinannya
Ridwan Kamil atau yang akrab disapa dengan Kang Emil ini menurut saya adalah sosok pemimpin transformasional. Pria kelahiran pada 4 Oktober 1971 ini sudah menjabat sebagai Walikota Bandung selama kurang lebih 3 tahun. Kang Emil adalah sarjana lulusan teknik arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) yang kemudian melanjutkan studi masternya di University of California dengan beasiswa yang didapatkannya.
Ayah dari dua orang anak ini pun sempat meniti karir di Departemen Perencanaan Kota Berkeley. Setelah kembali ke tanah air beliau pun terus berkarya sebagai Prinsipal PT. Urbane Indonesia, dosen teknik arsitektur ITB, serta senior Urban Design Consultant SOM, EDAW (Hong Kong & San Fransisco) dan SAA (Singapura). Hingga akhirnya pada tahun 2013 beliau terpilih sebagai Walikota Bandung yang diusung oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Selama menjabat sebagai walikota sudah banyak terobosan-terobosan yang diberikan oleh beliau untuk membangun dan memajukan Kota Bandung. Beliau dikenal sebagai sosok pemimpin yang berkarisma, tekun, ulet, inovatif dan juga dekat dengan rakyatnya. Beberapa terobosan yang beliau lakukan adalah dengan menghidupkan kembali taman-taman kota, memberikan denda kepada perokok di tempat umum, hingga mempercepat pembuatan akte kelahiran bagi warganya. Selain itu, ada beberapa gebrakan unik yang dilakukan oleh Kang Emil sebagai orang nomor satu di Kota Bandung, diantaranya adalah naik sepeda ke kantor, memulai rapat dengan menyanyikan Indonesia Raya, mewajibkan pejabat daerah memiliki twitter, hingga merombak ruang kerjanya.
Hal-hal tersebut hanya beberapa dari sekian banyak inovasi-inovasi yang dilakukannya untuk membangun Kota Bandung. Tak hanya warga Bandung yang mencintainya bahkan warga di kota-kota lain pun mendambakan sosok pemimpin daerah seperti beliau. Tak heran jika banyak orang menginginkan beliau untuk menjadi seorang presiden kelak.
Comments
Post a Comment